Rabu, 18 Maret 2015

PEMBERKATAN NIKAH KRISTEN



PEMBERKATAN NIKAH KRISTEN

Pemberkatan Nikah dalam Perkawinan Kristen




Pendahuluan

Sebelumnya perlu ditegaskan dulu bahwa kata “nikah” sama artinya dengan “kawin” dalam tata bahasa Indonesia. Jadi penggunaan istilah nikah atau kawin tidak merupakan masalah dan dapat digunakan bergantian. Terkadang kita mendengar ada kalangan yang berkata, “untuk apa sih pemberkatan nikah? bukankah cukup dicatat saja pernikahan kami di kantor catatan sipil?” “gereja terlalu ketat peraturannya” dan kata-kata keluhan lainnya.

Kiranya tulisan ini dapat mencerahkan wawasan Anda mengenai pentingnya pemberkatan nikah di gereja. Saya akan menggali dasar Alkitabiah betapa pentingnya upacara pemberkatan nikah gereja bagi sepasang pria dan wanita Kristen yang hendak menikah.



Dasar Alkitabiah
Perkawinan Kristen merupakan perkawinan atau pernikahan antara satu laki-laki dengan satu perempuan (Kejadian 2:18-25). Hal ini merupakan prinsip yang terutama. Lembaga perkawinan diciptakan oleh Allah. Dia berinisiatif menjodohkan Adam dengan Hawa (bukan Adam and Steve atau Madam and Eve). Ia mengawinkan keduanya dalam suatu ikatan perkawinan yang kudus (Kejadian 2:21-25). Jadi, perkawinan merupakan lembaga yang bersifat “manusiawi” tetapi juga “ilahi” karena merupakan inisiatif Allah.

Prinsip lainnya yang perlu diketahui adalah perkawinan Kristen merupakan perkawinan Monogami. Kekristenan tidak membenarkan poligami (beristri lebih dari satu) atau poliandri (bersuami lebih dari satu)  (1 Korintus 7:2; 1 Tesalonika 4:2-5). Ikatan monogami itu disebut sebagai ikatan yang “telah dipersatukan” oleh Allah. Oleh sebab itu dalam Perkawinan Kristen tidak dikenal adanya kata “cerai” sebab Allah membenci perceraian (Matius 19:6; Markus 10:9; 1 Korintus 7:10-11).


Arti Perkawinan Kristen:
foto: oldromancatholiceurope.com
Ketika sepasang lelaki dan perempuan menjadi suami istri, hubungan tersebut dinyatakan sebagai “telah dipersatukan” oleh Allah. Inilah konsep jodoh yang sejati.  
Jodoh dalam iman Kristen adalah suami-istri yang menikah resmi di hadapan Allah melalui pemberkatan nikah gereja dan pemerintah (kantor catatan sipil).

Allah menjadikan keduanya menjadi “satu daging” (Kejadian 2:24). Mereka bukan lagi dua melainkan satu. Kata “satu” daging berasal dari bahasa Ibrani “echad”. Echad mempunyai makna satu kesatuan. Seperti halnya daging yang sesungguhnya merupakan campuran dari protein, lemak, urat maupun unsur-unsur lainnya, namun tidak terpisahkan sebagai suatu kesatuan. Demikianlah halnya dengan relasi suami-istri dalam perkawinan Kristen, yaitu relasi yang tidak terpisahkan.

Kesatuan suami istri adalah juga seperti kesatuan kepala dan tubuh manusia. Kristus adalah Kepala jemaat dan jemaat adalah tubuh-Nya. Suami disebut sebagai kepala dari istri (Efesus 5:22-25). Tubuh tidak mungkin hidup tanpa kepala demikian juga sebaliknya tidak ada kepala tanpa tubuh. Hal ini menjelaskan bahwa Allah memandang kesatuan perkawinan sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan oleh alasan-alasan manusiawi. Hanya dosa zinah dan maut yang dapat memisahkan (Matius 19:9; 1 Korintus 7:39).


Upacara Pemberkatan Nikah
Dalam kesatuan inilah Allah menyediakan berkat yang melimpah dalam perkawinan orang-orang benar (Kejadian 1:26-29; Mazmur 112:1-9; 128:1-6). Bagaimanakah proses berkat tersebut? Berkat Tuhan secara simbolis dicurahkan dalam Upacara Pemberkatan Nikah. Sebab ketika seorang Pendeta memberkati pasangan nikah, dia melakukan hal tersebut atas nama Tuhan sebagai wakil Tuhan.

Atas nama Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus sepasang pria dan wanita diberkati pernikahannya. Itulah mengapa, upacara pemberkatan nikah menjadi sesuatu yang penting dalam gereja Tuhan. Oleh karena disinilah secara rohani, berkat Tuhan dikukuhkan atas rumah tangga baru tersebut. Disinilah juga pengesahan suatu pernikahan di hadapan Allah.

Negara Indonesia sendiri saat ini, melalui Undang-Undang Perkawinan tahun 1974 jelas mengatur bahwa negara hanya akan mencatat (di kantor catatan sipil) suatu perkawinan yang telah melalui proses pemberkatan nikah yang resmi menurut agama (di gereja dalam agama Kristen).


Relasi Suami-Istri
foto: pravmir.com
Relasi dalam keluarga Kristen dengan jelas diajarkan oleh firman Tuhan. Seorang suami harus mengasihi istrinya sama seperti ia mengasihi tubuhnya sendiri. Ia tidak boleh berlaku kasar kepada istrinya (Efesus 5:25-33; Kolose 3:19). Bagaimana dengan wanita? Alkitab mengatakan agar seorang istri tunduk kepada suami seperti kepada Tuhan (Efesus 5:22; Kolose 3:18; 1 Petrus 3:1-2).

 Suami juga harus hidup dengan bijaksana terhadap istrinya dan menghormati istrinya sebagai kaum yang lebih lemah dan sesama pewaris anugerah Allah (1 Petrus 3:7). Hal ini penting, agar doanya tidak terhalang.

Alkitab juga mengingatkan agar suami istri wajib memenuhi kebutuhan biologis secara wajar (1 Korintus 7:3-6). Hal ini penting dipahami, untuk menghindarkan terjadinya perselingkuhan dalam perkawinan yang disebabkan faktor tersebut. Kasih harus menjadi landasan suami istri dalam membina rumah tangganya. Suami istri harus menghormati hubungan perkawinan mereka (Ibrani 13:4).


Kesimpulan
Perkawinan adalah sesuatu yang kudus karena diciptakan oleh Allah. Itu sebabnya Alkitab menyebut ikatan perkawinan sebagai “dipersatukan” oleh Allah. Upacara pemberkatan nikah gereja adalah sarana berkat dan pengesahan Allah atas suatu perkawinan. Itulah mengapa, gereja sangat menekankan pengajaran tentang hal itu.

Perkawinan Kristen adalah monogami. Allah membenci perceraian, oleh sebab itu suami istri harus mengusahakan dan merawat perkawinan mereka dengan sebaik mungkin dengan landasan Kasih Allah. Perkawinan yang sukses akan dipenuhi dengan berkat-berkat Tuhan. Tuhan Yesus memberkati kita sekalian.

2 komentar:

  1. Shallom, saya punya pertanyaan.
    Bagaimana kalo kedua mempelai sama-sama beragama Kristen. Namun keduanya bukan jemaat di salah satu gereja? Apakah pernikahan mereka dapat di berkati?

    BalasHapus